Sistem Penjernih Udara Pada Ruangan Produksi Bedak Berbasis Arduino
SISTEM PENJERNIH UDARA PADA RUANGAN PRODUKSI BEDAK BERBASIS ARDUINO
Alvin Sanata Asykur1,
Fanny Alvi Yanti2,
Muhammad Nailul Wafa3, Urwah4,
Samuel Beta K.5
Prodi
Teknik Elektronika Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang
Jl.
Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, 50275
E-mail
: 1sanataalvin@gmail,2fannyalvi29@gmail.com, 3nailalwafa9@gmail.com, 4urwahzd@gmail.com ,5sambetak2@gmail.com
Intisari- dalam pembuatan produksi bedak disebuah
pabrik, membutuhkan sebuah ruangan khusus yang disebut ruangan produksi bedak.
Di dalam ruang tersebut terdapat karyawan yang bertugas dalam pembuatan bedak,
udara yang terdapat dalam ruangan tersebut tidaklah murni udara yang jernih
karena telah tercampur dengan senyawa-senyawa kimia. Meski telah menggunakan
masker penutup hidung, tidak menjamin bersihnya udara yang dihirup. Membuat
sebuah alat guna membantu dalam proses penjernihan udara. “Sistem Penjernih Udara pada Ruang Produksi
Bedak Berbasis Arduino” diharapkan dapat membantu permasalahan yang ada.
Program yang digunakan dalam proyek ini adalah Bahasa Pemrograman C pada
Arduino. Bekerja dengan cara menampung udara dan menyaringnya menjadi udara
yang bersih dan bebas dari senyawa kimia berbahaya.
Kata kunci: Penjernih udara, bedak,
sensor debu, Arduino,modul relay.
Abstract-
in making powder at a factory need a particularly room that known powder
production’s room. In this room, there are employees who work in manufacture of
powder itself, the air that contained in the room in not pure clear because it
has been mixed with chemical compounds. Although you have to use mask to cover
the nose, does not guarantee the clean air is inhaled. Making tool to assist in
the air purification process. “Air Purification System in Powder Production
Room Based Arduino” is expected to help the existing problems. The program use
in this project is C Progamming Language on Arduino. Works by collecting air
and filtering it into clean air free from harmful chemical compounds.
Keywords : air purifier, powder,dust
sensor, Arduino, relay modul.
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Perkembangan
dunia kosmetik terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi.
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat menyebabkan permintaan konsumen
terhadap sebuah produk pun menjadi tinggi, salah satunya adalah dalam
memproduksi bedak, dalam hal ini bedak harus diproduksi dalam ruang khusus
dikarenakan senyawa-senyawa kimia pembuat bedak yang berbentuk debu menjadi
cukup berbahaya apabila terhirup secara langsung, meski telah ditempatkan
diruangan khusus produksi bedak, tak jarang kemungkinan pegawai produksi
menghirup udara yang sudah tercampur oleh debu akibat partikel-partikel halus
dari bedak tersebut. Udara yang telah terkena debu dari bedak menjadi tidak
sehat untuk dihirup dan cukup menggangu pernafasan. Dalam hal ini perkembangan
teknologi sangat dibutuhkan, salah satu alternatif agar pega wai tidak
menghirup debu yang tidak sehat dalam ruangan produksi bedak adalah membuat
suatu alat penjerih udara di dalam ruangan tersebut. Berangkat dari
permasalahan ini, penulis membuat alat berjudul : “Sistem Penjernih Udara dalam Ruangan Prosuksi Bedak Berbasis Arduino”
B. Perumusan
Masalah
Dari identifikasi yang ada, dapat ditarik permasalahan
sebagai berikut :
a.
Bagaimana
merancang dan membuat alat dengan sistem penjernih udara dalam ruangan produksi
bedak?
b.
Bagaiaman cara
kerja alat penjernih tersebut?
c.
Bagiamana program
Arduino yang diterapkan dalam sistem tersebut?
C. Tujuan
a.
Membuat sistem
penjernih udara dalam ruangan produksi bedak dengan masukan sensor penjernih
udara dengan keluaran berupa nilai kadar debu, kelembaba dan tegangan.
b.
Mengetahui cara
kerja sensor penjernih udara
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mengetahui berbagai
komponen dan peralatan yang dibutuhkan, maka disusunlah tinjauan pustaka
sebagai acuan dalam merancang dan membuat aplikasi menggunakan Arduino Nano
ini.
A. Arduino Nano
Gambar 2.1 Arduino Nano
B. Modul Relay
Relay merupakan
jenis golongan saklar yang dimana beroperasi berdasarkan prinsip
elektromagnetik yang dimanfaatkan untuk menggerakan kontaktor guna
menyabungkan rangkaian secara tidak langsung.
Tertutup dan terbukanya kontaktor disebabkan
oleh adanya efek induksi magnet yang dihasilkan dari kumparan induktor
yang dialiri arus listrik.
Perbedaan dengan saklar yaitu pergerakan
kontaktor pada saklar untuk kondisi on atau off dilakukan manual tanpa perlu
arus listrik sedangkan relay membutuhkan arus listrik.
Cara kerja
Ada 5 bagian inti dari komponen ini antara
lain :
·
Armature
·
Electromagnet atau Coil
·
Spring
·
Switch Contact / saklar
·
Iron Core
Bisa dilihat jelas pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.2
bagian dari Relay
Gambar 2.3
Modul Relay
Pada gambar diatas dapat diketahui
bahwa sebuah Iron Core atau inti besi diberikan lilitan
kumparan Coil agar terciptanya atau timbulnya gaya elektromagnetik. Dari
timbulnya gaya elektromagnetik tersebut akan menarik armature dan
terjadi perpindahan posisi dengan ditahan memakai spring. Sehingga
terjadi pensaklaran atau switch contact yang membuat perubahan kondisi
awal mulai dari tertutup akan berubah menjadi terbuka. Pada saat relay
kondisi Normally Open (NO) maka saklar atau switch contact
akan menghantarkan arus listrik. Tetapi apabila ditemukan kondisi dimana
armature kembali ke posisi semula (NC), pada saat itu juga menandakan bahwa
module tidak teraliri arus listrik.
C. Peltier
Pendingin Thermo-Electric(TEC), juga
sering disebut pendingin Peltier ataupompa panassolid-stateyang
memanfaatkanefekPeltier. Saat TEC / Peltier dilewati arus maka alat ini
akan memindahkan panas dari satusisi ke sisi lain, biasanya menghasilkan
perbedaan panas sekitar 40°C - 70°C.
Prinsip pendinginan Thermo-Electric ini
ditemukan pertama kali pada tahun 1834 oleh Jean Peltier, sehingga hasil
penemuannya ini sering disebut “Pendingin Peltier”. Ketika dua konduktor
dihubungkan kontak listrik, elektron akan mengalir dari satu konduktor yang
mempunyai elektron kurang terikat ke konduktor yang mempunyai elektron yang
lebih terikat.
Gambar 2.4 Peltier
Bahan semikonduktor Thermo-Electric yang
paling sering digunakan saat ini adalah Bismuth Telluride (Bi2Te3).
Thermo-Electric dibangun oleh dua buah semikonduktor yang berbeda, satu tipe N
dan yang lainnya tipe P.
Sebuah Thermo-Electric akan menghasilkan perbedaan
suhu maksimal 70oC antara sisi panas dan dinginnya. Apabila Thermo-Electric
semakin panas maka akan semakin kurang efisiensinya. Thermo-Electric mempunyai
efisiensi sekitar 10% - 15%, sementara efisiensi model konvensional antara 40%
- 60%.
Pendingin Thermo-Electric (TEC), juga
sering disebut pendingin Peltier atau pompa panas solid-state yang memanfaatkan
efek Peltier untuk memindahkan panas
Saat TEC / Peltier dilewati arus maka alat
ini akan memindahkan panas dari satu sisi ke sisi lain, biasanya menghasilkan
perbedaan panas sekitar 40°C- 70°C dalam perangkatyang high-end dapat digunakan
untuk mentransfer panas dari satu tempat ke tempat yang lain.
D.
Regulator 7805 Regulator ini menghasilkan tegangan output stabil 5
Volt dengan syarat tegangan input yang diberikan minimal 7-8 Volt (lebih besar
dari tegangan output) sedangkan batas maksimal tegangan input yang
diperbolehkan dapat dilihat pada datasheet IC 78XX karena jika tidak maka
tegangan output yang dihasilkan tidak akan stabil atau kurang dari 5 Volt.
Keunggulan:
Jika dibandingkan
dengan regulator tegangan lain, seri 78XX ini mempunyai keunggulan di
antaranya:
1.
Untuk
regulasi tegangan DC, tidak memerlukan komponen elektronik tambahan.
2.
Aplikasi
mudah dan hemat ruang
3.
Memiliki
proteksi terhadap overload (beban lebih), overheat (panas lebih), dan hubung
singkat
4.
Dalam
keadaan tertentu, kemampuan pembatasan arus peranti 78XX tidak hanya
melindunginya sendiri, tetapi juga melindungi rangkaian yang ditopangnya.
Kekurangan
1.
Tegangan
input harus lebih tinggi 2-3 Volt dari tegangan output sehingga IC 7805 kurang
tepat jika digunakan untuk menstabilkan tegangan battery 6 Volt menjadi 5 Volt.
2.
Seperti halnya regulator linier lain, arus input sama dengan arus output. Karena tegangan input harus lebih tinggi dari tegangan output maka akan terjadi terjadi panas pada IC regulator 7805 sehingga diperlukan heatsink (pendingin) yang cukup.
Seperti halnya regulator linier lain, arus input sama dengan arus output. Karena tegangan input harus lebih tinggi dari tegangan output maka akan terjadi terjadi panas pada IC regulator 7805 sehingga diperlukan heatsink (pendingin) yang cukup.
Gambar
2.5 Regulator 7805
Cara kerja rangkaian
Ketika switch (S1) ditutup (On), arus dari sumber DC
12 Volt akan mengalir menuju fuse (F1) yang berfungsi sebagai pengaman
hubungsingkat, kemudian akan mengalir melalui dioda (D1) yang berfungsi sebagai
pengaman polaritas. Condensator C1 yang berfungsi sebagai filter dapat
dihilangkan jika tegangan input merupakan tegangan DC stabil misalnya dari
sumber battery (accu/aki). Setelah melalui IC 7805, tegangan akan diturunkan
menjadi 5 Volt stabil. Fungsi C2 adalah sebagai filter terakhir yang berfungsi
mengurangi noice (ripple tegangan) sedangkan LED1 yang dipasang seri dengan
resistor (R1) berfungsi sebagai indikator.
Fungsi
Rangkaian regulator ini dapat dipakai untuk menurunkan
tegangan 12 Volt aki (accu) pada sebuah perangkat elektronika atau pada sebuah
kendaran menjadi 5 Volt stabil.
E.
Sensor Debu gp2y1010au0f
Merupakan sensor debu yang berbasis inframerah.
Prinsip kerja dari sensor ini ialah cahaya dicerminkan pada partikel melewati
keseluruhan permukaan, kemudian oleh photodioda diubah menjadi tegangan.
Tegangan harus diperkuat untuk dapat membaca perubahan. Output dari sensor
adalah tegangan analog sebanding dengan kepadatan debu yang terukur, dengan
sensitivitas 0.5V/0.1mg/m3, artinya setiap 0,1 mg/m3 kepadatan debu yang
terukur, maka tegangannya naik sebesar 0,5 V.
Gambar 2.6 Sensor Debu
gp2y1010au0f
Rangkaian sirkuit elektronik diimplementasikan dengan
menggunakan papan PCB. Penggunaan papan PCB dapat mengurangi noise dan lebih
stabil dibandingkan dengan penggunaan protoboard, karena PCB dapat membuat
rangkaian elektronika yang stabil dan PCB juga dapat membuat sistem pada
perangkat tidak menimbulkan bug ke dalam sistem dan mempermudah pengerjaan
dalam merangkai
III.
PERANCANGAN ALAT
A. Perangkat
Keras dan Rangkaian Elekronik
Adapun
perangkat keras yang digunakan pada pembuatan alat ini adalah:
1. Arduino Nano
2. Sensor Kejernihan Udara
3. Relay
4. Kipas DC 12V
5. Peltier
6. Regulator 7805
7. LCD I2C 16x2
B.
Blok Diagram dan Diagram Alir
Blok diagram aplikasi Arduino Nano dengan masukan
sensor kejernihan udara dan luaran LCD I2C 16x2 dan relay. Diagram blok dari
alat ini adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. Masukan yang digunakan adalah sensor kejernihan udara
sebagai pendeteksi adanya debu
2. Pemroses yang digunakan adalah Arduino Nano yang
berfungsi untuk mengolah data dari
masukan dan menjalankan luaran berupa tampilan LCD I2C 16x2
3. Luaran yang digunakan adalah LCD I2C 16x2 yang
berfungsi menampilkan kadar debu, kelembaba dan tegangan ; Relay sebagai penggerak
kipas dan blower
Adapun diagram alir sebagai
berikut :
Gambar 3.1 diagram alir
C.
Gambar
Rangkaian dan Diagram Pengawatan
Gambar 3.2
Rangkaian
Gambar 3.3 Pengawatan
D. Cara Kerja
Alat
1.
Menjalankan
program yang telah dibuat pada Arduino
2.
Memasukan bedak
secara perlahan-lahan melalui sisi-sisi yang telah diatur sebagai jalan
masuknya bedak
3.
Setelah relay dan
sensor mendeteksi adanya debu, maka sensor akan ON dan kipas DC 12V akan
bergerak untuk mengeluarkan debu yang ada didalam ruangan tersebut. Sementara
debu berada didalam, LCD I2C menampilkan nilai kadar debu, kelembaban dan
tegangan
4.
Kemudian dilakukan
penyaringan untuk memisahkan debu dan udara yang jernih.
5.
Selanjutnya debu
yang telah dipisahkan adan ditempatkan pada tempat penampungan dan akan diolah
supaya tidak bercampur kembali.
IV.
PERANCANGAN MEKANIK
gambar 4.1 box penjernih udara
gambar 4.2
tempat masuknya bedak
gambar 4.3 saluran penampung udara yang telah
tercampur bedak
V.
PENGUJIAN DAN
ANALISA
A.
Pengujian
Tabel hasil pengujian
Kondisi
|
Tegangan (V)
|
Ada debu
|
0,33
|
Tidak ada debu
|
0,17
|
B.
Analisa
Sensor debu GP2Y1010AUF mampu mendeteksi adanya debu
yang berhamburan didalam ruang percobaan. Kemudian debu tersebut dikeluarkan
melalui kipas dan ditampung keluar didalam tempat yang telah disediakan, serta terdapat
kipas DC 12V yang berfungsi sebagai penyedot udara bersih dari luar
VI.
KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan, pengambilan
data, dan analisa terhadap data yang telah didapat pada proyek ini, maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.
Sensor debu GP2Y1010AUF
dapat mendeteksi adanya debu.
2.
Tegangan yang
dihasilkan sensor saat ada debu = 0,33 V sedangkan saat tidak ada debu sebesar
0,17 V
3.
Tidak semua dapat
dikeluarkan memalui kipas, karena massa jenis dan ukuran debu debu berbeda –
beda.
4.
Pada umumnya debu
bermassa 500mikrometer dapat kita manipulasi agar massa jenisnya bertambah,
yaitu dengan cara menambah kelembaban udara dengan menambahkan kadar air
didalam udara. Caranya melalui proses pengaliran air ke spon kemudian
dikeluarkan oleh kipas bagian belakang.
VII.
REFERENSI
[1] Eko Budi Purwanto, “Teori dan Aplikasi Sistem
digital”, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011
[2] Malvino Albert Poul, “Electronis Instrumental
Fundamentals, USA: Mc-Grow Hill.inc
Tranducer
and sensor. 1967
[3] Curtis D. John, “Process Control Instrumen
Technologi”, Texas: Prentice Hall
International. 1998
[4] Blocher Richard, “Dasar Elektronika”, Yogyakarta:
ANDI. 2004
[5] Belajar Pemrograman. (2013). Arduino Uno. [Online]. Tersedia :
BIODATA
Pada tahun 2017 penulis mengikuti
seleksi mahasiswa baru diploma (D3) dan diterima menjadi mahasiswa baru diploma
(D3) di kampus Politeknik Negeri Semarang (Polines) dengan Program Studi D3
Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro. Penulis terdaftar dengan NIM 3.32.17.2.04. Apabila ada kritik, saran dan pertanyaan mengenai penelitian ini, bisa
menghubungi 087747875347 atau melalui via email sanataalvin@gmail.com
Pada tahun 2017 penulis mengikuti
seleksi mahasiswa baru diploma (D3) dan diterima menjadi mahasiswa baru diploma
(D3) di kampus Politeknik Negeri Semarang (Polines) dengan Program Studi D3
Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro. Penulis terdaftar dengan NIM 3.32.17.2.09. Apabila ada kritik, saran dan pertanyaan mengenai penelitian ini, bisa
menghubungi 089671678643 atau melalui via email fannyalvi29@gmail.com
Nama penulis Muhammad Nailul Wafa. Penulis dilahirkan
di Rembang, 11 Maret 1998. Penulis telah menempuh pendidikan formal di MI An-Nashriyyah, SMP
NEGERI 1 Lasem, SMA NEGERI 1 Rembang Tahun 2017.
Pada tahun 2017 penulis mengikuti
seleksi mahasiswa baru diploma (D3) dan diterima menjadi mahasiswa baru diploma
(D3) di kampus Politeknik Negeri Semarang (Polines) dengan Program Studi D3
Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro. Penulis terdaftar dengan NIM 3.32.17.2.16. Apabila ada kritik, saran dan pertanyaan mengenai penelitian
ini, bisa menghubungi 081324494876 atau melalui via
email nailalwafa9@gmail.com
Pada tahun 2017 penulis mengikuti
seleksi mahasiswa baru diploma (D3) dan diterima menjadi mahasiswa baru diploma
(D3) di kampus Politeknik Negeri Semarang (Polines) dengan Program Studi D3
Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro. Penulis terdaftar dengan NIM 3.32.17.2.21. Apabila ada kritik, saran dan pertanyaan mengenai penelitian ini, bisa
menghubungi 089527471600 atau melalui via email urwahzd@gmail.com
Tidak ada komentar: